KISAH INSPIRATIF: SEBAB DAN CARA BANGKIT DARI KETERPURUKAN

Suatu malam datanglah seorang santri mengadu kepada guru pembimbingnya tentang keinginannya untuk berhenti menghafal Al-Qur’an.

Sontak sang guru kaget dan dengan penasaran menanyakan alasannya. Jawab santri tersebut karena merasa sudah sulit untuk menghafal. Oleh sebab itu dia merasa tidak mampu lagi untuk melanjutkan hafalannya.

Padahal santri tersebut termasuk santri yang tekun, suaranya merdu dan enak di dengar saat melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, setiap malam sebelum tidur selalu mengulang-ulang hafalan hingga tak jarang ia paling akhir tidur di banding teman-temannya yg lain.

Wajar gurunya kaget dengan keinginannya itu, namun dengan tenang sambil tersenyum kepada santri tadi sang guru memberi jawaban dengan menceritakan kisah dari Imam Syafi’i yang masyhur di kalangan santri.

Guru itupun mulai bercerita. ” Suatu ketika Imam Syafi’i mengadu pada gurunya Waki’. Beliau berkata, “Wahai guruku, aku tidak dapat mengulangi hafalanku dengan cepat. Apa sebabnya?” Sang Guru Imam Waki’ lantas berkata: “Engkau pasti pernah melakukan suatu dosa . Cobalah engkau merenungkannya kembali!”

Setelah itu barulah Imam Syafi’i menulis syairnya yang penuh dengan makna. Berkata Imam Syafi’i :

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

Lalu sang guru melanjutkan nasihatnya kepada santri itu..

Wahai anakku, lihatlah sekelas Imam Syafi’i saja mengeluhkan perkara sulitnya hafalannya apalagi kita yang hidup di masa sekarang ini, mesti ada ujian dan cobaan.

Coba kamu belajar dari kisah imam Syafi’i tersebut, kemarin-kemarin kamu kan melanggar aturan pondok, baru-baru ini melanggar lagi. Nah, barang kali itulah sebab susahnya dan hilangnya keinginan menghafal Al-Qur’an. Coba ingat kembali di awal-awal dulu saat mulai menghafal tentu semangatnya luar biasa.

Olehnya coba ananda belajar taubat, merenungi kesalahan-kesalahan itu agar kembali ringan, mudah dalam menghafal, Perbanyak Istigfar dan sabar.

Begitulah dalam kehidupan, disaat kita merasa susah melakukan sesuatu, berat untuk memulai aktivitas, merasa hidup sendiri karena merasa ditinggal orang lain, kadang diabaikan dan tidak di pedulikan, marilah belajar juga dari kisah Imam Syafi’I diatas.

Padahal Imam Syafi’i terkenal dengan hafalan yang luar biasa. Diriwayatkan dari Imam Asy-Syafi’i , ia berkata, “Aku telah menghafal Al-Qur’an ketika berumur 7 tahun. Aku pun telah menghafal kitab Al-Muwatho’ ketika berumur 10 tahun. Ketika berusia 15 tahun, aku pun sudah berfatwa.” (Thorh At Tatsrib, 1: 95-96). Sungguh hebat hafalan beliau rahimahullah.

Namun Imam As-Syafi’I pun tiba-tiba merasa kesulitan dalam urusannya disebabkan karena salah dan dosa yang mungkin ia pernah lakukan. Manusia pada umumnya seprti itu, kesulitan yang dihadapi dan sempitnya hati itu barangkali di sebabkan karena dosa atau salah yang telah dilakukan, baik itu dosa kepada Allah dan salah kepada sesame manusia.

Maka perlulah kita merenung sejenak dan minta maaf, minta ampun beristigfar kepada Allah swt. dan mulailah melakukan kebaikan-kebaiakan hingga kita lupa dengan kesalahan itu.

Kembali ke kisah santri tadi, beranjak dari gurunya tadi dia sudah menyadari penyebab keadaannya itu sehingga dia kembali memulai aktivitasnya sebagai penghafal Qur’an walau berat dirasakan. Muroja’ah sebelum tidur dan pagi hari mulai menghafal wal hasil 3 jam menghafal dia mampu menghafal satu halaman yang sebelum-sebelumnya satu halam itu adalah targetnya dalam satu harinya, Masyaallah..

Sungguh usaha dan kesadaran yang sungguh-sungguh akan membuahkan hasil yang baik. Setelah itu hari-harinya kembali normal lambat laun membaik dan kembali menikmati lantunan-lantunan Qur’an sebagai hafidzul Qur’an.

Semoga kisah ini bermanfaat dan menjadi motivasi untuk bangkit dalam keterpurukkan.

Kisah nyata,

Hasran asal Sarjo-Pasangkayu, Santri Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Nurul Jadid Duripoku

https://www.nuruljadidduripoku.sch.id/informasi-pendaftaran

842 views


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *